Minggu, 01 Januari 2017

Mengejar Ilmu ke Kota Surabaya

Dokter, bidan, perawat merupakan petugas kesehatan yang sudah sangat akrab di telinga kita. Mereka adalah orang-orang dimana kita menggantungkan harapan hidup lebih sehat yang tentunya mereka hanya perantara Allah sebagai penyembuh (Semoga kita semua sehat terus Aamiin...).



Satu profesi kesehatan lain yang sangat penting adalah Analis Kesehatan. Mereka adalah orang-orang yang bekerja di laboratorium kesehatan baik milik pemerintah maupun swasta. Tugasnya adalah melakukan pemeriksaan terhadap sampel dari seorang penderita untuk menentukan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi kesehatan manusia.

Ketika dokter mendiagnosa penyakit seorang pasien berdasarkan gejala yang dialami, maka analis kesehatan dengan hasil pemeriksaannya akan menunjang diagnosa dokter untuk menetapkan penyakit yang diderita pasien tersebut. Keren yahh kerjanya...

Pekerjaan keren ini membutuhkan keterampilan yang mumpuni dan tanggung jawab yang besar dalam pemeriksaan sampel. Sehingga mahasiswa yang memilih jurusan analis kesehatan harus dibekali dengan keterampilan melalui pelatihan. Hal ini pun dilakukan ditempat saya mengajar di Akademi Analis Kesehatan Muhammadiyah Makassar. Demi membekali calon-calon analis, maka mahasiswa diberikan pelatihan berupa aplikasi dari praktikum yang didapatkan di kampus. Pelatihan ini dalam bentuk Praktek Klinik I yang dilakukan di puskesmas-puskesmas di Kota Makassar. Di akhir semester empat mahasiswa diwajibkan mengikuti Praktek Klinik II di rumah-rumah sakit di Makassar. Mahasiswa semester lima pun diwajibkan mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) yang dilakukan di rumah-rumah sakit di Surabaya.



Karena kegiatan PKL inilah saya harus menghabiskan libur akhir tahun tanpa suami. Akhirnya pada tanggal 29 Desember saya bersama 19 orang mahasiswa berangkat ke Surabaya. Pagi itu merupakan pagi yang sungguh membuat jantung memburu. Pesawat berangkat pukul 09.20 sementara masih ada 1 orang mahasiswa yang belum datang sedangkan jam sudah menunjukkan pukul 08.00. Melihat antrian di depan pintu keberangkatan yang mengular, saya menyuruh 18 orang mahasiswa untuk segera masuk dan menunggu kami di dalam. Sangat tidak lucu kalau semua ketinggalan pesawat karena satu orang.

Alhamdulillah, tiba dengan selamat di Bandara Juanda Surabaya


08.30 saya memutuskan meninggalkan anak itu. Rasanya tidak tega, tapi saya tidak bisa mengorbankan 18 orang mahasiswa yang menunggu saya di dalam. Setelah berpamitan dengan Om Bush saya bergabung dengan para pengantri lainnya. Saat itu pula mahasiswa yang saya tunggu tergopoh-gopoh sambil menarik koper dan tas super besarnya yang sangat berbanding terbalik dengan tubuhnya yang mungil.

PKL tahun ini mahasiswa diberikan kesempatan belajar dan menimba ilmu sebanyak-banyaknya di lima rumah sakit di Surabaya. Kelima rumah sakit itu adalah RSUD Dr. Soetomo, RSI Jemursari, RSAL Ramelan, RS Haji dan RSUD Sidoarjo. Saya diberi tugas mengantarkan mahasiswa PKL di RSI Jemursari gelombang II, gelombang I telah dahulu tiba sebulan yang lalu.



Hari Sabtu jam 07.00, saya mengantarkan mahasiswa gelombang II ke rumah sakit sekaligus penarikan mahasiswa gelombang I. Dalam penyambutan ini, kami merasa sangat dihargai karena bagi pihak rumah sakit, tidak ada istilah PKL. Mereka lebih memilih menggunakan istilah magang ketimbang PKL. PKL memiliki konotasi negatif karena kata praktek lebih diidentikkan dengan perlakuan terhadap benda mati. Mahasiswa adalah mitra yang membantu pihak rumah sakit sekalipun pada dasarnya mereka dalam tahap belajar. Sehingga penggunaan istilah magang lebih tepat. Selain itu, pasien sering merasa tidak nyaman jika mereka tahu yang menghadapi mereka praktek. Kalau menurutku sih betul juga, kadang ada rasa takut, kesal jika harus mahasiswa yang melakukan tindakan kepada saya.

Setelah kegiatan penerimaan dan penarikan mahasiswa, saya mengajak mereka berdiskusi. Senang sekali mendengarkan cerita mereka, lengkap dengan reaksi senang dan puas yang tergambar di raut wajah dan riang suaranya dengan apa yang mereka pelajari dari petugas ataupun kerjakan sendiri di laboratorium RSI Jemursari. Inilah harapan kami sehingga jauh-jauh mengantarkan mereka ke Surabaya agar bisa belajar lebih banyak melengkapi ilmu yang didapat di kampus. Semoga kelak meraka menjadi tenaga analis kesehatan yang profesional dan bertanggung jawab.

Harapan ini pun saya titipkan pada mahasiswa gelombang II. Jangan malu bertanya, jangan sungkan berbuat selama di bawah petunjuk pembimbing laboratorium, dan yang penting jaga etika.

Saatnya membereskan koper, besok tanggal 1 Januari 2017 saya akan kembali ke Makassar.

Surabaya, 31 Desember 2016 (23:55 WIB)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar