Kamis, 15 Desember 2016

1 Menit yang Menyakitkan



08.01 AM
Yuupppp jam 8 lewat 1 menit telah jelas terpampang nyata (pinjam istilahnya princes Syahrini) di layar mesin absensi fingerprint saat jempol cute ini saya letakkan di mesin fingerprint untuk menandai kedatangan saya di kampus. Detak jantung yang masih memburu, keringat yang masih bercucuran, ditambah sedikit kesal karena detik-detik yang tidak terkejar menambah runyam hati pagi ini. Dan selalu, melewatkan detik yang berharga menimbulkan sesal teramat sangat.


Kata 'SEANDAINYA...SEANDAINYA...SEANDAINYA...'Seandainya tadi gak tidur lagi. Seandainya tadi tidak usah masak. Seandainya, huffftt si pintu pakai acara drama pagi, pintu tidak bisa dikunci dari luar. Pokoknya pagi tadi lengkap segala kerempongan yang dikerjakan dan harus serba tergesa-gesa. Tapi tetap saja jam tidak mau menunggu 60 detik saja (Emang situ pemilik waktu?). Akhirnya SEANDAINYA menjadi kambing hitam. Padahal inti keterlambatan sepenuhnya tanggung jawab saya. Hiksss...


Terlambat 1 menit ini begitu menyakitkan, bagaimana tidak? Saya seakan melihat bapak Pahlawan I Gusti Ngurah Ray di selembar uang 50 ribu seakan melambaikan tangan dan mengucapkan selamat tinggal.
"Hari ini kita tidak berjodoh," ujarnya sambil berlalu.
"Selamat berjuang anak muda, semoga besok tidak telat lagi."

Kata Rasulullah, "Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang." (HR. Bukhari).
Karena berleha-leha dengan waktu akhirnya waktu mengobok-obok perasaan saya. Ahhh... Tidak ada gunanya menyesal, semoga bisa jadi pelajaran (mudah-mudahan bukan tobat-tobat lombok, kata mama). Toh rezeki yang kita kejar belum tentu milik kita, apalagi rezeki yang sengaja diabaikan. Akhirnya harus melambaikan tangan pada I Gusti Ngurah Rai.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar